Rabu, 02 November 2016

SERAT SASTROJENDRO HAYUNINGRAT PANGRUWATING DIYU

SERAT SASTROJENDRO HAYUNINGRAT PANGRUWATING DIYU

 

Makna dari filosofi "SERAT SASTROJENDRO HAYUNINGRAT PANGRUWATING DIYU" adalah (singkat saja);
1. SERAT, Kitab atau bisa juga berarti ajaran.
2. SASTROJENDRO, Ilmu tentang sifat dan watak yang harus dimiliki seorang raja.
3. HAYUNINGRAT, Perdamaian.
4. PANGRUWATING, Untuk Merubah atau meruwat sesuatu agar menjadi baik.
5. DIYU, Raksasa atau simbol dari keangkara murkaan.
Pada dasarnya kita sebagai manusia adalah Raja, lalu siapakah rakyat kita? Rakyat kita adalah seluruh organ tubuh kita, baik dalam maupun luar, yang bathin ataupun yang dzohir, mulai dari sebelum niat/krentek sampai kepada Sirr, dari bulu kita sampai kepada sumsum tulang, itu semua adalah rakyat kita.
Ajaran tersebut menekankan agar kita semua mempunyai jiwa seorang Raja Sejati yang mampu menguasai dan mengatur seluruh rakyat yang ada pada diri kita, termasuk harus bisa menguasai atau mengatur simbol dari kejahatan yaitu Raksasa/Butho.
Siapakah Butho tersebut? Butho inilah lambang dari Hawa Nafsu, nah di harapkan dari Serat tersebut kita mampu menundukkan Nafsu kita sendiri agar menjadi Nafsu yang baik/Dewa.
Seperti penggambaran mengenai keampuhan Serat tsb, yaitu siapa saja dari kalangan Raksasa sekalipun jika mempelajari Serat Sastrojendro akan berubah menjadi manusia utama atau bahkan bisa menjadi Dewa. 
Ilmu Sastrojendro adalah ilmu makrifat tingkat tinggi yang menekankan sifat amar ma'ruf nahi munkar dan akhlaqul-karimah. 
Tapi dalam mempelajarinya tentu banyak sekali ujiannya termasuk ujian kenikmatan yang di alami oleh Begawan Wisrowo ketika membai'at Dewi Sukesih. Singkat cerita mereka berdua tidak kuat menahan gejolak nafsu syahwat yang menggelora, dan akhirnya terjadilah kik kuk kik kuk, "Jroning peteng kang ono mung lali, jroning lali gampang nindakake kridaning priyo wanito"
nah dari per-kikkuk2an mereka berdua lahirlah raksasa, yaitu: 
1. Dosomuko/Rahwono, wujud dari nafsu Ammaroh. Anak pertama ini berwujud Raksasa secara keseluruhan, baik Sifat maupun prilakunya, kemudian sang Begawan bertaubat dan bertapa, dari pertapaannya maka lahirlah anak kedua.
2. Kumbokarno, wujud dari nafsu Lawwamah. Namun anak keduanya ini masih berwujud raksasa, tapi sifat dan prilakunya tidak sejahat kakaknya, kegemarannya adalah makan dan tidur, jika dia bangun pasti akan makan, setelah makan pasti akan tidur. Jadi pekerjaannya hanya makan dan tidur saja, kemudian sang begawan bertapa lagi dan lahirlah anak ke-3nya.
3. Sarpokenoko, wujud dari nafsu mulhimmah. Anak ke-3nya ini masih berwujud setengah manusia setengah raksasa, dan mempunyai watak suka mengumbar syahwatnya, cenderung tidak sabaran, segalanya harus ada seketika itu, lalu sang begawan bertapa lagi maka lahirlah anak ke-4nya.
4. Gunawan wibisono, wujud dari nafsu Muthmainnah. Anak ke-4 inilah yang wujud dan perwatakannya sudah sempurna baik sifat atau prilakunya. 
Saya tidak akan menceritakan selebihnya, saya hanya mengambil poin dari Serat tersebut. 
Ada poin apa pada Serat tersebut?
1. Tholabul 'Ilmi.
2. Mempunyai jiwa seorang Raja Sejati.
3. Mampu menguasai/merubah "raksasa" yang ada pada diri kita menjadi Jiwa Sejati.
4. Tahan godaan. Jika tidak tahan yaa akan melahirkan sesuatu yang jahat (simbol Rahwono). 
5. Taubat, seorang hamba dalam perjalanannya pasti pernah melakukan kekhilafan/kesalahan baik sengaja atau tidak, namun jika tidak di Taubati maka Rahwono akan terus hidup dan menggerogoti bathin kita.